KELAS : TELKOMIL
NOSIS : 20190421-E
PERCOBAAN 7
MEMBUAT RANGKAIAN RUNNING LED.
1. TUJUAN
:
AGAR BAMASIS MAMPU
MEMPRAKTEKKAN MEMBUAT RANGKAIAN RUNNING
LED.
2. ALAT
DAN BAHAN:
A. LED
B. IC
555.
C. RESISTOR.
D. VR.
E. VR.
F. CAPACITOR.
G. POWER
SUPPLY.
H. LIVE
WIRE.
3. TEORI
DASAR.
A. JELASKAN
TENTANG LED.
Pengertian LED (Light Emitting Diode) dan Cara Kerjanya
Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)
Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)
Cara Mengetahui Polaritas LED
Warna-warna LED (Light Emitting Diode)
Tegangan Maju (Forward Bias) LED
Kegunaan LED dalam Kehidupan sehari-hari
Pengertian LED (Light Emitting Diode) dan Cara Kerjanya
Pengertian LED (Light Emitting Diode) dan Cara Kerjanya – Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.
Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)
Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)
Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.
Cara Mengetahui Polaritas LED
Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead Frame yang lebih kecil. Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan Lead Frame yang besar serta terletak di sisi yang Flat.
Warna-warna LED (Light Emitting Diode)
Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah, kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED :
Bahan Semikonduktor
|
Wavelength
|
Warna
|
Gallium Arsenide (GaAs)
|
850-940nm
|
Infra Merah
|
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
|
630-660nm
|
Merah
|
Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP)
|
605-620nm
|
Jingga
|
Gallium Arsenide Phosphide Nitride (GaAsP:N)
|
585-595nm
|
Kuning
|
Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP)
|
550-570nm
|
Hijau
|
Silicon Carbide (SiC)
|
430-505nm
|
Biru
|
Gallium Indium Nitride (GaInN)
|
450nm
|
Putih
|
Tegangan Maju (Forward Bias) LED
Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju (Forward Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju biasanya dilambangkan dengan tanda VF.
Warna
|
Tegangan Maju @20mA
|
Infra Merah
|
1,2V
|
Merah
|
1,8V
|
Jingga
|
2,0V
|
Kuning
|
2,2V
|
Hijau
|
3,5V
|
Biru
|
3,6V
|
Putih
|
4,0V
|
Kegunaan LED dalam Kehidupan sehari-hari
Teknologi LED memiliki berbagai kelebihan seperti tidak menimbulkan panas, tahan lama, tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, dan hemat listrik serta bentuknya yang kecil ini semakin popular dalam bidang teknologi pencahayaan. Berbagai produk yang memerlukan cahaya pun mengadopsi teknologi Light Emitting Diode (LED) ini. Berikut ini beberapa pengaplikasiannya LED dalam kehidupan sehari-hari.
- Lampu Penerangan Rumah
- Lampu Penerangan Jalan
- Papan Iklan (Advertising)
- Backlight LCD (TV, Display Handphone, Monitor)
- Lampu Dekorasi Interior maupun Exterior
- Lampu Indikator
- Pemancar Infra Merah pada Remote Control (TV, AC, AV Player)
B. JELASKAN
TENTANG IC 555 SEBAGAI ASTABIL MULTIVIBRATOR.
ASTABLE MULTIVIBRATOR
CARA KERJA
cara kerja umum multivibrator adalah penguat transistor dua tingkat yang dihubungkan dengan kondensator dimana output dari tingkat yang terakhir dihubungkan dengan penguat pertama, sehingga kedua transistor itu akan saling umpan balik.
KURVA RESPON
ASTABLE MULTIVIBRATOR
DEFINISI
astable muiltivibrator adalah suatu bagian rangkaian yang bagian output nya pada satu keadaan atau level, akan tetapi berubah-ubah secara terus-menerus dari keadaan 0 ke keadaan 1 berulang-ulang. keadaan ini sering disebut keadaan semi stabil.
BLOK DIAGRAM DAN SKEMA RANGKAIAN
astable muiltivibrator adalah suatu bagian rangkaian yang bagian output nya pada satu keadaan atau level, akan tetapi berubah-ubah secara terus-menerus dari keadaan 0 ke keadaan 1 berulang-ulang. keadaan ini sering disebut keadaan semi stabil.
BLOK DIAGRAM DAN SKEMA RANGKAIAN
CARA KERJA
cara kerja umum multivibrator adalah penguat transistor dua tingkat yang dihubungkan dengan kondensator dimana output dari tingkat yang terakhir dihubungkan dengan penguat pertama, sehingga kedua transistor itu akan saling umpan balik.
Pulsa tegangan itu terjadi selama 1 periode yang ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian multivibrator tersebut. Rangkaian tersebuthanya mengubah keadaan tingkat tegangan keluarannya diantara 2 keadaan, masing-masing memiliki periode yang tetap.apabila pin6 dan pin 2 dihubungkan (lihat blok diagram) maka akan memicu dirinya sendiri dan bergerak bebas sebagai multivibrator , rangkaian multivibrator tersebut akan bekerja secara bebas dan tidak lagi memerlukan pemicu.
KURVA RESPON
C. JELASKAN
TENTANG IC-4017.
Pengertian dan Fungsi Setiap Pin IC 4017
Pengertian dan Fungsi Setiap Kaki IC 4017 | IC 4017 adalah suatu rangkaian terpadu yang berfungsi sebagai decade counter (Penghitung interval). Maksud dari decade counter yakni dapat merubah salah satu output menjadi berlogika tinggi secara bergantian dari output 0 hingga ke output 9 sehingga total output rangkaian ini berjumlah sepuluh buah dengan total pin/kaki sebanyak 16 dan memiliki fungsinya masing masing.
IC 4017 sendiri dikendalikan dengan clock atau pulsa (gelombang kotak) yang nantinya akan menentukan kecepatan perpindahan output dari IC 4017 itu sendiri. semakin tinggi frekuensi dari clock yang dimasukan ke kaki 14 pin ic 4017, maka akan semakin cepat pula perpindahan logika dari output IC tersebut.
Gambar 1. IC 4017 |
Agar IC 4017 ini dapat berkerja sebagai mana mestinya, tentunya diperlukan rangkaian tambahan. Rangkaian tambahan tersebut adalah rangkaian clock yang menggunakan IC NE555. Bagi anda yang masih bingung mengenai rangkaian clock atau masih mau mempelajari rangkaian ini lebih lanjut bisa baca postingan saya dibawah ini.
Baca Juga : Rangkaian Clock IC 555 Sederhana
IC 4017 ini memiliki banyak kegunaaan, diantaranya sebagai decade counter, counter (penghitung), flip-flop, timer, dan lain-lain. Saya sendiri juga pernah membuat rangkaian saklar menggunakan sensor suara menggunakan IC 4017 yang bisa anda lihat sendiri di link berkut ini : Rangkaian Saklar Sensor Suara.
Nah, setelah kita membahas mengenai IC 4017 ini, yuk kita lanjutkan pembahasan selanjutnya tentang fungsi setiap pin atau kaki pada IC 4017 ini. Sekedar info, IC 4017 memiliki 16 pin dengan pin 8 sebagai ground dan pin 16 sebagai VCC yang tentunya wajib anda hubungkan di masing-masing input tegangan. Oke untuk lebih memudahkan pembahasan lihat gambar berikut ini.
Gambar 2. Nama Seriap Pin IC 4017 |
Pin 1, Berfungsi sebagai output/keluaran 5
Pin 2, Output keluaran urutan 1
Pin 3, Output keluaran 0
Pin 4, Output keluaran 2
Pin 5, Output keluaran 6
Pin 6, Output Keluaran 7
Pin 8, Sebagai ground, atau supply tegangan 0 volt
Pin 9, Output keluaran 8
Pin 10, Output keluaran 4
Pin 11, Output keluaran 9
Pin 12, Carry Out. Untuk fungsi carry out sendiri yakni untuk menambahkan jumlah output pada IC selanjutnya. Jadi misalkan anda ingin menambahkan lebih dari 10 output maka anda harus menambahkan IC dengan cara pin 12 Carry out IC 4017 dihubungkan ke pin 14 IC 4017 yang lainnya. Namun berdasarkan yang saya baca pada salah satu website, jika kita menggunakan pin 12 carry out ini, maka nilai clock akan 10 kali lebih lambat dari sebelumnya.
Pin 13, Enable Input, biasa juga disebut dengan clock enable. Fungsinya yakni untuk mengaktifkan jalannya clcok ke IC 4017 jika diberi tegangan negatif. Namun jika anda beri tegangan positif maka clcok yang dijalankan akan dijeda atau di-pasuse. Untuk itulah pada rangkaian running led, pin 13 sering dihubungkan ke terminal ground.
Pin 14, Clock Input. Fungsinya sebagai masukan clock dan biasanya clcok dibuat menggunakan IC NE 555. Pergeseran logika tinggi pada IC 4017 ini ditentukan berdasarkan masukan pin 14 IC ini. Rangkaian clcok-nya sendiri bisa anda lihat di Rangkaian Clock IC 555 Sederhana
Pin 15, Reset. Seperti namanya fungsi reset sendiri adalah untuk mereset atau mengatur ulang kerja dari IC 4017 ini sehingga pergeseran logika pada output IC 4017 ini akan dimulai lagi dari output 0. Jika pin reset diberi tegangan postif atau logika tinggi, maka output 0 IC 4017 ini akan berlogika tinggi dan kesembilan output lainnya akan berlogika 0 atau rendah. Namun jika diberi tegangan negatif, maka pin reset akan nonaktif.
Pin 16, VCC. Sebagai masukan tegang Positif. Untuk IC 4017 ini, akan berkerja jika pin 16 diberi tegangan antara +3 Volt DC hingga +15 Volt DC.
Nah, sebagai tambahan dari saya. Jika anda hanya ingin menggunakan misalnya 5 output saja pada IC 4017 ini. Bearti yang akan aktif nantinya Out 0, Out 1, Out 2, Out 3, dan Out 4. Anda hanya mesti mengubungkan output 5 IC 4017 ini ke pin Reset. Jika anda ingin berhenti di output 7 maka anda hanya perlu menghubungkan output 8 ke pin reset IC 4017 ini, dan begitu seterusnya.
D. JELASKAN
TENTANG RESISTOR.
Adapun fungsi resistor secara lengkap adalah sebagai berikut:
Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurun tegangan diantara kedua salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya berdasarkan hukum Ohm. Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan
Adapun fungsi resistor secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Berfungsi untuk menahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika.
2. Berfungsi untuk menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian elektronika.
3. Berfungsi untuk membagi tegangan.
4. Berfungsi untuk membangkitkan frekuensi tinggi dan frekuensi rendah dengan bantuan transistor dan kondensator (kapasitor).
Pada pengamatan pertama yaitu menentukan nilai resistor berdasarkan kode warna dimana resistor yang menggunakan kodewarna yaitu resistor karbon dimana sandi warnanya dicatkan pada badan resistor untuk menyatakan nilai hambatan. Untuk resistor dengan toleransi 10% dan 5% digunakan empat buah cincin, yaitu cincin A, B, C dan D. Cincin A adalah yang paling dekat dengan ujung resistor. Warna cincin A, B dan C menyatakan nilai hambatan resistor, sedangkan warna cincin D menyatakan toleransi. Untuk cincin D hanya ada dua warna, yaitu perak untuk toleransi 10% dan emas untuk toleransi 5%. Untuk cincin A, B dan C tiap warna mempunyai nilai seperti berikut :
0 Hitam
1 Coklat
2 Merah
3 Jingga
4 Kuning
5 Hijau
6 Biru
7 Ungu
8 Abu-abu
9 Putih
Khusus untuk cincin C ada warna emas yang mempunyai nilai -1
E. JELASKAN
TENTANG VR.
PENJELASAN VARIABLE RESISTOR
Pengertian Variable Resistor (Resistor Tidak Tetap)
Resistor variabel atau biasa disebut resistor tidak tetap merupakan salah satu jenis komponen resistor yang nilai hambatannya dapat berubah-ubah (variable). Perubahan nilai dari resistor variabel biasanya dimanfaatkan untuk mengatur sesuatu yang sifatnya tidak tetap dan bergantung dari kondisi penerapan rangkaian.
Jenis-Jenis Variable Resistor
Jenis-jenis pada resistor variabel dibagi berdasarkan nilainya, yaitu resistor yang dapat diubah secara manual sesuai dengan fungsinya (Adjustable Resistor) dan resistor yang berbubah tergantung pada kondisi fisik (Resistor Dependent On Physical Condition).
A) Adjustable Resistor
Potensiometer merupakan jenis resistor variabel yang digunakan untuk perubahan resistansi dengan mengatur tuasnya seperti yang sering dilakukan pada pengaturan volume. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka. Ada dua tipe potensiometer, yaitu potensiometer putar (rotary potentiometer) dan potensiometer geser (slide potentiometer). Prinsip dasar potensiometer adalah menciptakan tegangan revensi (pembanding) berdasarkan besar kecilnya hambatan antara pin 1 dan pin 3, lalu tegangan hasil perbandingan tersebut akan diteruskan ke komponen lain melalui pin 2.
Potensiometer sering kita jumpai pada peralatan sound sistem sebagai pengatur nada, volume, efek, dan lain-lain. Selain itu potensio meter juga biasa dipakai pada rangkaian power supply untuk mengatur besar kecilnya tegangan atau arus pada output. Pada perangkat lain potensiometer dapat digunakan sebagai pengatur kuat lemahnya sinyal, tranducer, dimmer lampu, dan masih banyak lagi.
Trimpot (Trimmer Potensiometer) atau sering juga disebut dengan Preset Resistor adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas. Trimpot pada umumnya ditempatkan pada bagian dalam peralatan sehingga untuk mengatur nilai resistansinya dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.
Rheostat adalah jenis Variable Resistor yang umumnya berfungsi untuk mengontrol arus yang mengalir dalam rangkaian atau sirkuit pada daya tegangan yang lebih besar. Rheostat juga merupakan salah satu jenis potensiometer yang memiliki 2 kawat kaki untuk koneksi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.
B) Resistor Dependent On Physical Condition
VDR (Voltage Dependent Resistor) atau dapat disebut sebagai sensor tegangan merupakan sensor yang menghambat arus listrik pada saat tingkat tegangan listrik melewati nilai ambang resistor. Sensor tegangan juga bisa digunakan sebagai pengganti komponen fuse (saklar). Prinsip kerja VDR yaitu ketika sebuah tegangan variabel DC disambungkan ke VDR (Voltage Dependent Resistor) maka arus tegangan akan mengalir diseluruh PN Junction yang terhubung seri. Akibatnya apabila suatu rangkaian VDR diberi tegangan yang tinggi maka nilai resistansi pada rangkaian akan menurun, sebaliknya ketika rangkaian diberi tegangan yang rendah (dibawah nilai ambang) maka nilai resistansi pada rangkaian akan naik. Kurva karakteristik VDR dapat dilihat pada gambar berikut :
Beberapa aplikasi penggunaan thermistor NTC dan PTC antara lain : sebagai pendeteksi kebakaran, sensor suhu engine (mesin) mobil, sensor untuk memonitor suhu battery pack (kamera, handphone, laptop) saat charging, sensor untuk memantau suhu inkubator, sensor suhu untuk kulkas, sensor suhu pada komputer, dan sebagainya.
Sensor tekanan merupakan komponen resistor yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik ketika diberikan gaya tekanan. Prinsip kerja PDR atau sensor tekanan yaitu dengan cara mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Daya / tegangan yang diberikan pada kawat menyebabkan kawat menjadi bengkok sehingga menyebabkan ukuran kawat berubah dan mengubah nilai tahanannya. Resistansi PDR akan menurun apabila diberikan tekanan yang tinggi dan resistansinya akan melonjak naik apabila tekanan yang diberikan berkurang. Kurva karakteristik PDR dapat dilihat pada gambar berikut :
Sensor tekanan dapat diaplikasikan pada : pendeteksi tekanan pada keyboard, pada alat music, pendeteksi tekanan ban.
MFDR atau biasa disebut sebagai sensor magnet adalah tahanan arus listrik yang dipengaruhi oleh kuat medan magnet yang ada disekitarnya. Prinsip kerja MFDR yaitu ketika tegangan DC diberikan pada rangkaian MFDR maka medan magnet yang ada diluar akan mempengaruhi nilai resistor pada rangkaian. Semakin banyak medan magnet yang ada disekitarnya maka semakin besar nilai resistansinya karena kekuatan medan magnet berbanding lurus dengan resistansinya.Kurva karakteristik MFDR dapat dilihat pada gambar berikut :
Resistor variabel atau biasa disebut resistor tidak tetap merupakan salah satu jenis komponen resistor yang nilai hambatannya dapat berubah-ubah (variable). Perubahan nilai dari resistor variabel biasanya dimanfaatkan untuk mengatur sesuatu yang sifatnya tidak tetap dan bergantung dari kondisi penerapan rangkaian.
Simbol resistor variabel pada umumnya digambarkan seperti simbol resistor dengan tanda panah ditengahnya atau tanda yang menyerupai huruf "T" namun agak miring sebagai simbol trimpot atau preset. Karena kebanyakan resistor variabel berkaki tiga maka panah yang berada ditengah merupakan kaki ketiga yang berada ditengah dengan nilai resistansi yang berubah-ubah terhadap kaki pinggir. Perubahan nilai resistor ini tergantung pada posisi kaki tengah terhadap kaki pinggir.
Jenis-Jenis Variable Resistor
Jenis-jenis pada resistor variabel dibagi berdasarkan nilainya, yaitu resistor yang dapat diubah secara manual sesuai dengan fungsinya (Adjustable Resistor) dan resistor yang berbubah tergantung pada kondisi fisik (Resistor Dependent On Physical Condition).
A) Adjustable Resistor
Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis resistor variabel yang digunakan untuk perubahan resistansi dengan mengatur tuasnya seperti yang sering dilakukan pada pengaturan volume. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka. Ada dua tipe potensiometer, yaitu potensiometer putar (rotary potentiometer) dan potensiometer geser (slide potentiometer). Prinsip dasar potensiometer adalah menciptakan tegangan revensi (pembanding) berdasarkan besar kecilnya hambatan antara pin 1 dan pin 3, lalu tegangan hasil perbandingan tersebut akan diteruskan ke komponen lain melalui pin 2.
Potensiometer sering kita jumpai pada peralatan sound sistem sebagai pengatur nada, volume, efek, dan lain-lain. Selain itu potensio meter juga biasa dipakai pada rangkaian power supply untuk mengatur besar kecilnya tegangan atau arus pada output. Pada perangkat lain potensiometer dapat digunakan sebagai pengatur kuat lemahnya sinyal, tranducer, dimmer lampu, dan masih banyak lagi.
Trimpot (Trimmer Potentiometer)
Rheostat
Rheostat adalah jenis Variable Resistor yang umumnya berfungsi untuk mengontrol arus yang mengalir dalam rangkaian atau sirkuit pada daya tegangan yang lebih besar. Rheostat juga merupakan salah satu jenis potensiometer yang memiliki 2 kawat kaki untuk koneksi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.
B) Resistor Dependent On Physical Condition
LDR (Light Dependent Resistor)
LDR atau biasa disebut sebagai sensor cahaya merupakan salah satu resistor variabel yang peka terhadap cahaya. Prinsip kerjanya yaitu komponen LDR dipasang pada sebuah rangkaian elektronika yang dapat memutus dan menyambung aliran listrik berdasarkan cahaya. Semakin banyak cahaya yang mengenainya, maka semakin menurun nilai resistansinya. Sebaliknya, jika cahaya yang mengenainya sedikit (gelap), maka nilai hambatannya menjadi semakin besar. Kurva karakteristik LDR dapat dilihat pada gambar berikut :
LDR kerap digunakan sebagai sebuah sensor cahaya dalam berbagai macam rangkaian elektronika seperti lampu penerangan jalan otomatis, lampu kamar tidur otomatis, rangkaian anti maling otomatis yang menggunakan laser, shutter kamera otomatis, dan masih banyak lagi yang lainnya.
VDR ( Voltage Dependent Resistor)
Dengan adanya sifat tersebut maka VDR sangat baik dipergunakan sebagai alat stabilizer bagi komponen transistor atau sebagai pengaman rangkaian terhadap kelebihan tegangan.
TDR (Thermistor Dependent Resistor)
TDR atau bisa disebut sebagai sensor suhu merupakan sensor yang menghambat arus listrik pada saat berada dalam kondisi suhu tertentu. Sensor suhu terbagi menjadi 2 yaitu NTC (Negative Thermal Coefisien) dan PTC (Positive Thermal Coefisien). Prinsip kerja TDR adalah ketika suhu meningkat maka resistansi Thermistor akan berubah. Pada thermistor NTC, nilai resistansi akan turun jika suhu disekitar thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik/Negatif). Sedangkan untuk thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya maka semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus/positif) sehingga arus dari tegangan sulit mengalir. Kurva karakteristik TDR dapat dilihat pada gambar berikut :
Beberapa aplikasi penggunaan thermistor NTC dan PTC antara lain : sebagai pendeteksi kebakaran, sensor suhu engine (mesin) mobil, sensor untuk memonitor suhu battery pack (kamera, handphone, laptop) saat charging, sensor untuk memantau suhu inkubator, sensor suhu untuk kulkas, sensor suhu pada komputer, dan sebagainya.
PDR (Pressure Dependent Resistor)
Sensor tekanan dapat diaplikasikan pada : pendeteksi tekanan pada keyboard, pada alat music, pendeteksi tekanan ban.
MFDR (Magnetic Field Dependent Resistor)
Beberapa penerapan MFDR yang mungkin dapat digunakan sebagai perangkat penginderaan medan magnet seperti : Kompas Elektronik, Magnetometri atau pengukuran intensitas medan magnet dan arah, Sensor posisi, dan Deteksi logam besi
4. CONTOH RANGKAIAN.
a. VR 0/1 ohm.
b. VR 2 K
c. VR 5 K.
d. VR 7 K.
e. VR 10.
5.Analisis.
a. Pada percobaan pertama VR diberi 0/1 ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian kencang dan cepat sekali, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 0,22 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 4,16 pulsa.
b. Pada percobaan kedua VR diberi 2 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian kencang dan cepat, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 0,41 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 2,25 pulsa.
c.Pada percobaan ketiga VR diberi 5 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian dengan kecepatan menurun , kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 0,85 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 1,1 pulsa.
d. Pada percobaan keempat VR diberi 7 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian dengan lambat, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 1,09 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 0,95 pulsa.
e. Pada percobaan pertama VR diberi 10 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian sangat lambat, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 1,06 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 0,625 pulsa.
6. Kesimpulan.
A. Dari rangkaian diatas, rangkaian di berikan teganagan sebesar 9V. arus mengalir menuju ke ic 555 kemudian di teruskan menuju ic 40178 dan kemudian di lanjutkan menuju ke led. Led menyala secara bergantian. Selanjutnya untuk mengatur kedip led secara bergantian dapat di gunakan dengan mengatur besar kecilnya nilai VR.
B. IC 4017 Memprogram LED yang berfungsi sebagai output untuk menghasilkan
cahaya yang dapat berjalan dari LED 1 sampai dengan LED terakhir dan
kembali lagi ke semula. Jika semakin kecil nilai VR maka kedip tiap
lampunya cepat. Sebaliknya jika semakin besar nilai VR maka kedip
tiap lampunya semakin lambat.
a. Pada percobaan pertama VR diberi 0/1 ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian kencang dan cepat sekali, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 0,22 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 4,16 pulsa.
b. Pada percobaan kedua VR diberi 2 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian kencang dan cepat, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 0,41 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 2,25 pulsa.
c.Pada percobaan ketiga VR diberi 5 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian dengan kecepatan menurun , kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 0,85 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 1,1 pulsa.
d. Pada percobaan keempat VR diberi 7 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian dengan lambat, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 1,09 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 0,95 pulsa.
e. Pada percobaan pertama VR diberi 10 K ohm menyebabkan lampu LED akan menyala bergantian sangat lambat, kondisi ini juga menyebabkan terjadinya 1 pulsa setiap 1,06 detik sedangkan pada 1 detik terjadi 0,625 pulsa.
6. Kesimpulan.
A. Dari rangkaian diatas, rangkaian di berikan teganagan sebesar 9V. arus mengalir menuju ke ic 555 kemudian di teruskan menuju ic 40178 dan kemudian di lanjutkan menuju ke led. Led menyala secara bergantian. Selanjutnya untuk mengatur kedip led secara bergantian dapat di gunakan dengan mengatur besar kecilnya nilai VR.
B. IC 4017 Memprogram LED yang berfungsi sebagai output untuk menghasilkan
cahaya yang dapat berjalan dari LED 1 sampai dengan LED terakhir dan
kembali lagi ke semula. Jika semakin kecil nilai VR maka kedip tiap
lampunya cepat. Sebaliknya jika semakin besar nilai VR maka kedip
tiap lampunya semakin lambat.